"Tahun ini lebih sedikit dibanding tahun kemarin karena dipengaruhi kondisi makro ekonomi kita," katanya di Hotel Luwansa, Kuningan, Jakarta, Senin, 27 Jakarta 2014. Eddy mengatakan pertumbuhan industri real estate tahun ini menurun dibandingkan dengan tahun kemarin, yakni dari 20 persen menjadi 10 persen.
Kendala industri real estate tahun ini di antaranya kenaikan suku bunga, loan to value yang tinggi dan dihentikannya KPR inden. Dia mengatakan kendala-kendala tersebut menghambat pertumbuhan industri real estate dan memukul daya beli konsumen.
Eddy menuturkan tahun ini para pengembang tetap optimistis menjalankan usahanya di tengah berbagai tekanan ekonomi. Namun dia mengakui beberapa investor akan wait and see sebelum memutuskan berinvestasi di industri properti mengingat 2014 merupakan tahun politik.
Sejak berlakunya kebijakan bank sentral mengenai pengetatan pengajuan KPR, menurut Eddy, penjualan properti turun hingga 30 persen. Kebijakan pengetatan pengajuan KPR sangat mempengaruhi pembangunan rumah menengah-atas sehingga pengembang di kota-kota besar seperti di Jabodetabek, Bandung, Surabaya, Balikpapan, Samarinda, dan Banjarmasin, mengalami penurunan.
Karena itu, kata Eddy, REI meminta BI mempertimbangkan kembali penerapan kebijakan tersebut. “REI tidak minta dibatalkan, tetapi lebih dipermudah, misalnya dalam penetapan KPR inden,” katanya.
0 komentar:
Posting Komentar