- Setelah 6 jam menjadi Instruktur pelatihan Selling Skill yang diikuti  11 orang di sebuah perusahaan properti, sorenya si bos besarnya  menunggu saya di front office dan bertanya; "Apa saran mas AW untuk  ruangan front office ini?"
Mata saya langsung menyapu ruang  pemasaran yang cukup luas itu. Dengan meja counter yang bagus dan LCD  monitor tipis menciptakan kesan modern serta elegan. Di backdropnya juga  terpampang secara megah nama proyek dan nama perusahaannya.
Perhatian  saya tertuju pada meja maket kawasan yang besar (kisaran 1,5 x 2 m)  dengan permukaan kaca, terkesan berat dan memenuhi ruangan. Saya usulkan  agar meja maket itu disingkirkan, dan kemudian diganti dengan  seperangkat sofa bagus dan empuk, dimana lantainya diberi alas karpet. 
Sekaligus  saya usulkan agar di sudut ruangan front office itu dibuat mini bar  yang dilengkapi dengan alat coffee maker dan gelas gelas hias digantung  di rak minibar. Ada TV slim menempel di dinding. Disitu terkoneksi  langsung dengan sebuah software 3D yang secara visual mampu  mempresentasikan berbagai info mengenai proyek jika diperlukan.
Nantinya  pada saat konsumen masuk ke kantor pemasaran, oleh sales yang berwajah  imut dan pakai blazer anggun itu akan dipersilahkan duduk di sofa nan  empuk. Lalu sales imut berkata; "Selamat sore bapak. Silahkan duduk.  Saya akan siapkan minuman selamat datang buat bapak. Apakah bapak  berkenan minum kopi atah teh? Oh ya, ini remote TV, silahkan bapak pilih  channel yang bapak sukai sembari menunggu minuman dihidangkan .."
Bayangkan,  5 s/d 10 menit interaksi pertama, bukan dipakai sales untuk menyerahkan  brosur dan menjual produk, tapi sales imut justru sibuk memberi servis  ke konsumen. Dalam ilmu marketing creative, itu disebut jurus "The  Silent of Selling", menjual dengan tanpa aktivitas menjual. Tujuannya  adalah menciptakan suasana senyaman mungkin yang bisa dinikmati  konsumen. Sentuh dulu sisi emosionalnya. Ini namanya teknik TRICKERRY.  Saat konsumen secara emosional sudah dikondisikan masuk kategori nyaman,  barulah metode standar dalam ilmu selling skill dijalankan, yaitu  probing - supporting dan closing.
Dan berdasarkan pengalaman saya  sebelumnya, keputusan membeli akan lebih powerfull sekali apabila  konsumen berada dalam posisi hati lagi senang, rileks, dan tanpa beban.  Kesannya malah dia sedang diservis entertainment ketimbang sedang  dijadikan prospek oleh sales imut.
Bos besar; "Wkwkwkwkwk ....,  luar biasa saran mas AW. Teknik TRICKERRY nya mantap. Oke oke, akan  segera saya tindak lanjuti dan laksanakan. Soal sebutan sales imut itu  apa juga termasuk rekomendasi mas AW? Jika termasuk saran, maka nanti  sales yang kurang imut biar saya tukar tambah saja, wkwkwk ..." Kami  berdua tertawa ngakak bersama.
Minggu, 18 Desember 2011
Langganan:
Komentar (Atom)


